Ketika terbelenggu rasa, hanya bisa bermain kata.
Bersitatap dalam dekap hujan meski raga terpisah lautan.
Kita bertemu dalam kata, harap tetes hujan sampaikan rasa.
Ketika dua orang terpisah jarak, apa yang menyatukan mereka? Kata
Ketika dua orang tenggelam dalam kesibukannya maing-masing, apa yang menyatukan mereka? Kata
Ketika dua orang tak bisa bertatap mata, apa yang menyatukan mereka? Kata
Selasa, 01 Februari 2011
by Iif-Fia in
Label:
racauan liar
Malam ini, ketika saya dan teman-teman sedang makan malam di food court salah satu pusat perbelanjaan di daerah Depok, mata saya melayang ke spanduk yang banyak bertebaran di sana. Salah satu spanduk memaku mata saya.
Inilah spanduk tersebut:
Agar lebih jelasnya, kalimat di spanduk tersebut berbunyi:
"Ingin mengenal dunia.... BACAlah. Ingin dikenal dunia.... TULISlah"
Hanya sebaris kalimat tapi makna yang dikandungnya sangatlah dalam.
Kita semua tentu mengenal kata sakti "Buku adalah jendela dunia" dimana secara gamblang dapat diartikan dengan membaca buku, kita bisa mengetahui apa saja yang terdapat di dunia ini. Dalam segala hal. Dan buku tak kan pernah basi. Kitab sakti "Mahabhrata" atau novel klasik "Hamlet" hingga ke buku baru macam "Negeri 5 Menara" "Harry Potter series" "Chicken Soup series" dan buku apapun akan membuka cakrawala kita semua akan hal-hal yang selama ini belum kita ketahui. Dengan banyak membaca, kita tak ubahnya sebuah ensiklopedi berjalan.
Itulah keuntungan membaca. Dan kita semua memahaminya.
Namun, anak kalimat kedua membuat saya tertegun. "Ingin dikenal dunia, TULISlah."
Saya sangat setuju dengan kalimat tersebut. Karena saya juga mempunyai prinsip yang sama. Saya ingin meninggalkan jejak kaki di setiap penjuru bumi dan caranya adalah melalui tulisan. Hasil tulisan kita tak kan lekang oleh waktu. Akan bertahan sampai kapanpun jua. Meski dunia berubah menjadi mesin serba canggih dan hidup serba praktis, namamu akan s elalu tercatut dalam setiap tulisan yang kau hasilkan.
Tulisan. Apapaun itu. Bukan hanya buku 'How To' yang hanya bisa dihasilkan oleh para ahli -kau tak perlu kecil hati jika tak bisa menghasilkannya-, karya sastra buah pena para pujangga dan sastrawan -jika ini bukan bidangmu, kau tak usah mengeluh-, artikel-artikel di media massa bahkan racauan tak pentingmu di portal pribadi. Semuanya berbentuk tulisan. Disanalah kamu -kita- meninggalkan jejak kaki untuk dinikmati di masa kelak -oleh kita dan mereka yang ada setelah kita-.
Bukankah sekarang semakin mudah meninggalkan jejak tulisan? Bahkan hanya dengan bermodalkan 140 huruf saja sudah bisa menjadi microdiary-mu -twitter-, Semuanya adalah tulisan.
Dan karena hal itulah dunia mengenalmu.
Lalu, dalam bentuk apakah saya ingin dikenal dunia?
Tentu saja dalam bentuk tulisan. Jika saja impian saya melempar buku ke pusat dunia tidak terpenuhi, melalui portal ini sudah cukup untuk meninggalkan jejak. Toh, 5, 10, 15 bahkan 30 tahun lagi -atau lebih- saya masih bisa menikmati tulisan ini. Bukan hanya saya, kamu, kalian, siapa saja, juga bisa menikmatinya. Untuk itu, ayo kita tinggalkan jejak di muka bumi melalui rangkaian kata.
Jumat, 28 Januari 2011
by Iif-Fia in
Label:
cerita,
fiksi
03 Januari 2010
Dear Tuan Pemberi Rasa
Hari ini hujan lagi. Apakah di tempatmu hujan juga?
Aku suka hujan. Bagiku, tiap tetes hujan mengandung sebuah harapan baru. Dan harapku adalah, semoga kau rasa limpahan cinta yang ku titip di tiap tetes hujan.
Adakah kau rasa? Cinta yang berjumpalitan di dada? Semua ku berikan semata untukmu saja.
Salamku, Buana
Sebuah tulisan singkat, tapi aku melihat ada banyak makna tersirat di sana. Sebuah pengharapan yang teramat besar bagi terbalasnya sebuah cinta.
Ku tatap nanar layar laptop. Tulisan singkat yang terdapat dalam sebuah portal berjudul www.dalamdekaprasa.blogspot.com tersebut selalu berhasil memakuku. Aku tidak pernah kenal siapa pemiliknya. Dia menamakan dirinya Buana dan rajin mengisi blognya dengan tulisan-tulisan yang sarat akan makna. Tidak ada petunjuk lebih mengenai dia. Dan ini membuatku bertanya-tanya, siapa dia?
Perkenalanku dengan blog ini tidak disengaja. Berawal dari keisengan menjelajah dunia maya mencari sebait puisi untuk ku selipkan di kartu ucapan selamat ulang tahuan kepada ibuku. Tepatnya, aku mengutip sebait puisi milik Sapardi Djoko Damono yang juga dikutip oleh si pemilik blog. Sejak saat itu, aku sering mengunjunginya. Kalimat-kalimatnya membuatku tidak bisa lupa dan terus menerus berkunjung ke sana.
Dia menemukan dirinya Buana. Entah apa maksud nama itu. Mungkin saja dia merasa dirinya seperti jagad raya, buana, yang lepas dan luas. Mungkin juga dia ingin seperti buana, alam raya, yang dengan ikhlasnya menjadi tempat tinggal manusia-manusia. Atau mungkin saja itu nama aslinya. Namun satu hal yang ku tahu, dia melampiaskan semua perasaannya melalui blog tersebut.
Dalam Dekap Rasa. Aku suka kalimat itu. Sederhana tapi penuh makna. dan kalimat itu cukup untuk menggambarkan perasaannya. Dari tulisan-tulisannya aku tahu kalau dia sedang jatuh cinta, tepatnya begitu mencintai seseorang. Namun sepertinya cinta itu bertepuk sebelah tangan. Pria yang di cintainya tidak pernah tahu mengenai perasaan itu. Dan dia memutuskan untuk memendam cintanya, alih-alih menyatakan langsung kepada si pria.
Mengapa aku seolah begitu mengenal dia? Well, aku selalu mengikuti perkembangan tulisannya satu tahun terakhir. Dan aku sudah melahap habis semua tulisan yang telah mendiami blog tersebut selama dua tahun.
Itu artinya dua tahun juga dia memendam rasa. Memendam cinta.
Tanpa sadar, aku turut prihatin padanya. Bayangkan saja, dua tahun memendam perasaan sementara pria yang kamu cintai tidak pernah menyadari kehadiranmu? Kamu hanya bisa memandangnya dari jauh, menitipkan pesan pada angin semoga angin berbaik hati menyampaikannya, menitipkan perasaanmu pada hujan dengan harapan agar hujan menyampaikan cintamu di tiap tetesnya di atas kepala pria tersebut, dan memandang bintang semoga bintang yang tahu perasaanmu segera memberitahukannya pada pria yang berada jauh di sana. Itulah yang dilakukan perempuan tersebut, Buana.
Setahun mengikuti kisahnya membuatku merasa dekat dengannya. Padahal, sedikitpun aku tidak tahu siapa dia. Berkali-kali aku meninggalkan komentar di sana, bertanya apakah aku bisa mengenalnya? Karena sejujurnya, aku menyukai tulisannya.
Aku jatuh cinta pada tulisan-tulisannya.
Aku mencintai kisahnya.
Dan? Ya, aku mau jujur. Aku telah jatuh cinta padanya, meskipun aku tidak tahu siapa dia.
Sebut aku bodoh, aku terima. Jatuh cinta pada seseorang yang tidak aku kenal sama sekali, bahkan apakah orang itu ada atau tidak, aku tidak tahu. Hanya saja, kisahnya begitu mengusikku. Aku suka tidak sabaran menunggu tulisannya yang di posting seminggu sekali itu. Aku hanya merasa, betapa beruntungnya pria yang dia maksud, dilimpahi cinta yang teramat dalam oleh seorang perempuan.
Jujur saja, aku ingin pria itu adalah aku.
10 Januari 2010
Dear Tuan Pemberi Rasa
Apakah kau lihat bintang malam ini? Begitu banyak dan bercahaya benderang. Malam gelap pun terlihat terang. Seharusnya itu bisa membuatku tenang. Kamu tahu aku suka bintang seperti aku mencintai hujan. Bintang benderang seterang hatiku tuan. Jika malam terang karena cahaya bintang maka hatiku terang akibat cinta mendalam. Cinta, untukmu.
Namun, seterang apapun cinta yang ku berikan. Sedikitpun tak kau hiraukan. Oh tidak, bahkan hadirku saja tidak kau pedulikan. Aku sanksi, adakah aku di ingatanmu? Adakah aku sedikit saja di hatimu? Bertahun ku pendam rasa. Memang, akulah si pengecut yang tak mau ungkap rasa. Bukan karena ku tak ingin tapi karena ku tak kuasa. Aku tak punya daya untuk memulai semua. Aku tak bisa gerakkan lidah untuk ungkap semua. Hasilnya? Ku hanya bisa tatap punggungmu bergerak menjauh dari mata.
Sampai kapan aku harus begini? Jujur, aku lelah dengan semua ini. Ingin ku teriakkan di hadapanmu perasaan ini. Ingin ku katakan betapa aku mencintaimu dan aku tersiksa memendam rasa. Ingin ku katakana semua di hadapanmu, tapi? Aku tak bisa. Ingin salahkan Tuhan saja. Mengpa Dia tak beriku kuasa untuk berkata? Tapi ku tahu ku tak bisa salahkan Dia.
Tidak, aku tidak bisa. Jadi ku putuskan untuk mencintaimu dalam diam saja.
Salamku, Buana
3 Comments
Restu
Maaf jika aku lancang, tapi sampai kapan kamu akan bersikap seperti itu? Menatapnya dari jauh dan mencintainya dalam diam. Dia perlu tahu perasaanmu. Percayalah, itu akan membuatmu tenang. Oh ya, sekali lagi ku katakan. Bolehkan aku mengenalmu?
January 10, 2010 07.25 PM
Buana
Terima kasih telah datang ke blogku. Kamu begitu rajin komentar di sini, heh? Mengenai saranmu, aku tidak tahu. Hanya saja aku terlanjur nyaman dengan keadaan ini. Kamu hanya orang yang melihat dari pinggir, kamu tidak pernah berada di dalamnya, jadi bagaimana kamu bisa tahu bahwa aku akan tenang jika aku mengungkapkan rasa ini?
January 10, 2010 09.30 PM
Restu
Aku memang melihat dari pinggir saja. Karena itu aku bertanya, bolehkah aku mengenalmu? Karena jujur saja, aku terlanjur larut dalam kisahmu. Aku ingin mengenalmu dan tahu lebih banyak tentang kamu. Maaf, jika aku lancang.
Rabu, 26 Januari 2011
by Iif-Fia in
Label:
hujan,
lagu
Lagu ini. Salam sapa dari hati. Selamat menanti. Tulisan kami lagi. Semoga kalian menyukai apa yang kami hadirkan di sini.
Take a photograph,
It'll be the last,
Not a dollar or a crowd could ever keep me here,
I don't have a past
I just have a chance,
Not a family or honest plea remains to say,
Rain rain go away,
Come again another day,
All the world is waiting for the sun.
Is it you I want,
Or just the notion
Of a heart to wrap around so I can find my way around
Safe to say from here,
Your getting closer now,
We are never sad cause we are not allowed to be
Rain rain go away,
Come again another day,
All the world is waiting for the sun.
Rain rain go away,
Come again another day,
All the world is waiting for the sun.
To lie here under you,
Is all that I could ever do,
To lie here under you is all,
To lie here under you is all that i could ever do,
To lie here under you is all,
Rain rain go away,
Come again another day,
All the world is waiting for the sun.
Rain rain go away,
Come again another day,
All the world is waiting for the sun,
All the world is waiting for the sun,
All the world is waiting for the sun.
Love,
by Iif-Fia in
bismillahirrahmanirrahim,
itu kalimat pertama yang kuucapkan dalam hati ketika aku mengetikkan email n password untuk masuk ke akun ini.
deg"an..
dan sebenarnya tidak terlalu berharap karna sampai jam segini belum ada kabar ttg nasib Blog (aku lebih suka nyebut,Tulisan) ini.
tapi pas udah dibuka..
Jlebbb...
ada sebuncah energi yang sulit ku kontrol..
semacam perasaan kembali ke masa lalu, dimana pertama kali aku mengenal rasa bernama 'impian'
mungkin munculnya ide ini bisa dibilang terlambat.
selain karna masing" kami sudah punya Blog (Tulisan),
dan aku n bbrp teman lain yg tersebar di Indonesia (oke,ini sedikit lebay) juga udah mngelola Blog kami..
ditambah lagi kami telah memasuki tahun akhir di perguruan tinggi.
(sembari berdoa: Ya Allah,,tamat tahun ini ya..)
kenapa kita ga mulai dari dulu" ya ip?
ah.mungkin Rindu yg semakin tak menentu alasannya..