Malam ini, ketika saya dan teman-teman sedang makan malam di food court salah satu pusat perbelanjaan di daerah Depok, mata saya melayang ke spanduk yang banyak bertebaran di sana. Salah satu spanduk memaku mata saya.
Inilah spanduk tersebut:
Agar lebih jelasnya, kalimat di spanduk tersebut berbunyi:
"Ingin mengenal dunia.... BACAlah. Ingin dikenal dunia.... TULISlah"
Hanya sebaris kalimat tapi makna yang dikandungnya sangatlah dalam.
Kita semua tentu mengenal kata sakti "Buku adalah jendela dunia" dimana secara gamblang dapat diartikan dengan membaca buku, kita bisa mengetahui apa saja yang terdapat di dunia ini. Dalam segala hal. Dan buku tak kan pernah basi. Kitab sakti "Mahabhrata" atau novel klasik "Hamlet" hingga ke buku baru macam "Negeri 5 Menara" "Harry Potter series" "Chicken Soup series" dan buku apapun akan membuka cakrawala kita semua akan hal-hal yang selama ini belum kita ketahui. Dengan banyak membaca, kita tak ubahnya sebuah ensiklopedi berjalan.
Itulah keuntungan membaca. Dan kita semua memahaminya.
Namun, anak kalimat kedua membuat saya tertegun. "Ingin dikenal dunia, TULISlah."
Saya sangat setuju dengan kalimat tersebut. Karena saya juga mempunyai prinsip yang sama. Saya ingin meninggalkan jejak kaki di setiap penjuru bumi dan caranya adalah melalui tulisan. Hasil tulisan kita tak kan lekang oleh waktu. Akan bertahan sampai kapanpun jua. Meski dunia berubah menjadi mesin serba canggih dan hidup serba praktis, namamu akan s elalu tercatut dalam setiap tulisan yang kau hasilkan.
Tulisan. Apapaun itu. Bukan hanya buku 'How To' yang hanya bisa dihasilkan oleh para ahli -kau tak perlu kecil hati jika tak bisa menghasilkannya-, karya sastra buah pena para pujangga dan sastrawan -jika ini bukan bidangmu, kau tak usah mengeluh-, artikel-artikel di media massa bahkan racauan tak pentingmu di portal pribadi. Semuanya berbentuk tulisan. Disanalah kamu -kita- meninggalkan jejak kaki untuk dinikmati di masa kelak -oleh kita dan mereka yang ada setelah kita-.
Bukankah sekarang semakin mudah meninggalkan jejak tulisan? Bahkan hanya dengan bermodalkan 140 huruf saja sudah bisa menjadi microdiary-mu -twitter-, Semuanya adalah tulisan.
Dan karena hal itulah dunia mengenalmu.
Lalu, dalam bentuk apakah saya ingin dikenal dunia?
Tentu saja dalam bentuk tulisan. Jika saja impian saya melempar buku ke pusat dunia tidak terpenuhi, melalui portal ini sudah cukup untuk meninggalkan jejak. Toh, 5, 10, 15 bahkan 30 tahun lagi -atau lebih- saya masih bisa menikmati tulisan ini. Bukan hanya saya, kamu, kalian, siapa saja, juga bisa menikmatinya. Untuk itu, ayo kita tinggalkan jejak di muka bumi melalui rangkaian kata.
Melalui tulisan.
So, selamat menulis
love,